
- Selasa, 6 Mei 2025
Cinta yang Diuji: Saat Hati Didekatkan Kepada Ilahi
Dalam kehidupan, kita tidak akan pernah lepas dari ujian. Ujian bukanlah tanda bahwa Allah tidak mencintai kita. Justru, ujian adalah bentuk cinta-Nya. Allah ingin melihat bagaimana respons kita—apakah kita bersabar, bersyukur, atau justru lalai dan berpaling.
Allah berfirman:
“Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Sebaliknya, bila kita diberikan kemudahan tanpa ujian, bisa jadi itu adalah istidraj, yaitu pemberian yang menyesatkan, agar manusia terlena dan semakin jauh dari Allah. Ini pun sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an:
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membuka semua pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
(QS. Al-An’am: 44)
Ujian: Refleksi untuk Hamba dan Guru
Ujian dalam kehidupan ibarat seorang guru yang menguji muridnya. Ujian itu bukan hanya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman murid, tetapi juga menjadi refleksi bagi sang guru: apakah ia telah mengajarkan dengan baik?
Begitu pula dengan kita sebagai hamba Allah. Saat diuji, kita bisa menilai kualitas keimanan kita: apakah kita mengingat Allah, atau justru mengeluh?
Teladan Kesabaran dari Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ adalah manusia pilihan yang paling dicintai Allah, namun justru beliau yang diuji paling berat. Dari dihina, disakiti, hingga diusir oleh kaumnya sendiri. Salah satu peristiwa paling menyayat hati adalah ketika beliau berdakwah ke Thaif, namun dibalas dengan lemparan batu.
Alih-alih mendoakan keburukan, beliau malah berkata:
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Di tengah penderitaan, Rasulullah ﷺ tetap menyebarkan cinta dan kebaikan. Inilah teladan sejati bagaimana kita seharusnya menyikapi ujian.
Dekat dengan Allah di Tengah Ujian
Ujian adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya yang bersabar dan berserah diri. Bahkan, Allah berjanji akan selalu dekat:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku…”
(QS. Al-Baqarah: 186)
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
(QS. Qaf: 16)
Saat musibah datang, Islam mengajarkan respons pertama adalah mengingat Allah, dengan ucapan:
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”
(QS. Al-Baqarah: 156)
Ayat berikutnya pun memberikan kabar gembira:
“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al-Baqarah: 157)
Bersabar dan Bersyukur: Kunci Menyikapi Ujian
Ketika kita mampu bersabar, ujian akan terasa ringan. Namun jika masalah malah menjadi bahan ghibah, maka masalah itu akan semakin besar. Sabar adalah solusi pertama dan terbaik.
Bersyukur juga merupakan bentuk ibadah yang agung. Karena dengan bersyukur, nikmat Allah akan ditambah:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu…”
(QS. Ibrahim: 7)
Cinta yang Menguatkan
Cinta Allah kepada hamba-Nya sering kali datang dalam bentuk yang tak kita duga—kadang berupa ujian, kadang berupa kehilangan. Namun siapa yang bersabar dan tetap berpegang pada tali Allah, dialah yang akan selamat.
Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bersabar, bersyukur, dan tetap mencintai Allah dalam segala keadaan. Aamiin.